Minggu, 19 Juni 2011

Posted by Crew Our World



Mari kita bicara tentang orang-orang patah hati. Atau kasihnya tak sampai. Atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Venderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ’majnun’ lalu mati. Atau jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri hehe...yang kandas dihempas takdir, atau layu tak berbalas.

Itu cerita cinta yang digali dari mata airmata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap ditengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung :

O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati

Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri.

Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana. ”Apakah ada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain., ”kata Rumi. ”Sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain. ”Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.

Kalau cinta berawal dan berakhir pada Allah, maka cinta pada yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki: selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena takdirNya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah ”pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: mencintai.

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah ”kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki ”sesuatu” yang dapat kita berikan, maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya : ”Apakah yang akan kuberikan?” Tentang kepada ”siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.

Jadi kita hanya patah atau hancur karena kita lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain tidak mencintai kita.

From : Serial Cinta, Anis Mata

Aviraa Amanadia

7 comments:

abie mengatakan...

it's so sad...

surya_ajja mengatakan...

sungguh sakit yah?? tp ingat hidup harus tetap berjalan yah..!"

ferdy-A mengatakan...

cinta sejati itu hanya ada di hati..dimanapun ia berada tapi jiwanya selalu menyatu dalam diri.

geeno mengatakan...

cinta hanya ada dua pilihan :
sedih dan bahagia. tergantung kita mau milih yg mana

tengku mengatakan...

nice artikel

kacipur mengatakan...

sadly heart...

danny mengatakan...

still keep ur heart to happines in ur life

Posting Komentar

Jadilah Yang Pertama Untuk Komentar
Karena Pertama Selalu Yang Terbaik
Jadilah Yang Pertama dan Yang Terbaik
Karena Anda Adalah Komentar Pertama dan Komentar Terbaik

 
Template Design By:
SkinCorner