Kamis, 17 Februari 2011
"Atas nama Bobby", kataku pada pegawai maskapai penerbangan.
Setelah di cek oleh yg bersangkutan bahwa pada hari itu,
tgl 01-Feb-2011 ada penerbangan Jakarta-Malang atas nama Mr.Bobby dengan jam keberangkatan pukul 06.45 WIB.
"Huh, menyebalkan datang terlalu pagi".
Masih dengan raut muka yg kesel,sebel,dan sedikit ngantuk, akhirnya aku pergi ke cafetaria, untuk secangkir kopi panas dan snacknya.
Menikmati itu, tak terasa jam di handphone menunjukkan pukul 06.15 WIB, dengan segera aku menuju Terminal 1B untuk check-in.
Setelah pemeriksaan bagasi dengan mesin X-RAY-nya, masih juga menjumpai deretan antrian penumpang yg mau check-in.
"Pak, check-in tanpa bagasi sebelah sana".
"Aku ada bagasi".
"Hemf...mentang-mentang tas yg aku bawa kecil, dipikir tanpa bagasi", kataku dengan pelan.
Setelah antrian itu tiba pada giliranku, tas di timbang untuk mengetahui beban bagasi, karena 1 penumpang hanya di perbolehkan membawa bagasi seberat 20kg.
"Maaf, kartu identitasnya pak".
"Oh...ya ini mbak", kataku sambil mengambil KTP di dalam dompet.
Segera setelah check-in dan dapat Boarding Pass, aku menuju Gate B6 tempat pesawat yg nantinya aku tumpangi.
Sebagai jasa ruang tunggu, penumpang di haruskan membayar Rp.40.000,-.
"Ribuan orang tiap hari datang ke Bandara ini, dan ribuan kali juga Bandara ini mendapat uang jasa Rp.40.000,- untuk setiap penumpang yg ada...betapa kayanya aku jika aku yg memiliki ruang tunggu itu", kataku sambil mengkhayal.
Diperjalanan ke pintu Gate B6, aku melihat Boarding Pass tadi.
"Oh My God, seat 16A, deket jendela lagi, deket jendela lagi", kataku dengan heran.
Tepat pukul 06.45 WIB pesawat telah siap untuk mengantar penumpang ke kota Malang.
1 jam 10 menit perjalananku dari Jakarta ke Malang.
Hingga pada akhirnya aku sampai dirumah dengan taksi yg membawaku keluar dari penatnya suasana di Bandara.
Bertemu istri,keluarga dan tetangga. Hingga malam-pun menjelang.
"Sayank, perutku mules".
"Apa udah waktunya melahirkan?".
"Ga tahu, tapi sakit sekali".
"Oke...segera kita periksa ke Bidan".
Sesampainya di Bidan terdekat, segera diperiksa oleh Ibu Sri Mulyani, nama Bidan yg terkenal di kampungku.
"Ini udah waktunya melahirkan", kata Ibu Sri Mulyani.
"Tinggal tunggu waktunya aja", melanjutkan omongan yg tadi setelah memeriksa kandungan istriku.
Waktupun terus bergulir hingga keesokan harinya, tanpa ada tanda-tanda bahwa mau melahirkan.
02 Februari 2011
Pukul 07.00 WIB pemeriksaan berlanjut, hingga di ketahui bahwa proses kelahirannya memasuki "bukaan" 2 dari 10 "bukaan".
"Nanti coba saya DRIP", kata Bidan.
Dalam benakku bertanya, "DRIP apaan?"
singkat kata, ternyata itu adalah obat perangsang supaya "bukaan" bertambah sehingga proses melahirkan dapat dilakukan.
1 jam hingga 2 jam obat itu bekerja, tak kunjung bertambah "bukaan"-nya, masih tetap 2.
"Jalan satu-satunya harus lewat operasi, nanti saya siapkan rujukan ke RS Bersalin Puri Bunda", kata Bu Bidan
Mendengar itu kami sedikit shock, dan tanpa bisa berbuat apa2, aku hanya menganggukan kepala tanda setuju.
"Kira-kira biaya Operasi Cesar berapa bu?", tanyaku.
"Di Puri Bunda biayanya 6,5jt, udah termasuk biaya rawat inap dan ambulance", jawabnya.
"Kapan kita di rujuk ke sana?".
"Sekarang juga saya telpon pihak RS-nya".
Beberapa menit kemudian, Ambulance datang dan segera membawa kita ke RS Puri Bunda.
Pukul 08.00 kita telah berada di Lobby RS Puri Bunda.
Setelah surat rujukan diberikan, suster segera memeriksa keadaan bayinya.
"Saya periksa detak jantung-nya dulu Bu Arik, mari ikut saya", kata suster.
"krok..krok..krok.." suara detak jantung bayi dalam kandungan.
"Sudah di USG sebelumnya?"
"Sudah, terakhir di USG kandungan berusia 7 bulan", kata istriku.
"Jantung bayi bagus, tapi kita konsultasikan dulu ke Dr.Pande", sela suster.
"Kemungkinan besar operasi tidak dilakukan, melihat kondisi bayi yg normal, Insya Allah dengan DRIP total masih bisa", kata suster.
Diruang praktek Dr.Pande kita menunggu, karena beliau sedang menangani operasi.
Selang beberapa menit, Dr.Pande datang, dan memulai pemeriksaan yg di awali dengan USG.
"Dok, pasien bukaan 2 dengan kondisi jantung bayi yg bagus, tapi mengalami kesulitan untuk bukaan berikutnya", suster berkata.
"Coba kita USG dulu, untuk mengetahui perkembangan bayinya", kata Dokter.
"Keadaan bayinya bagus, posisi normal, tapi mengalami pengapuran karena terlalu lama bercampur air ketuban, tapi..."
"Jenis kelaminnya apa dok", tanyaku.
"Sebentar dulu...", kata Dokter dengan senyuman kecil.
"Berat bayi 2,8kg, dengan jenis kelamin laki-laki", kata Dokter.
"Ok...ini ga perlu di operasi, DRIP total aja sus"
"Terima kasih Dok, permisi", kataku sambil menggandeng istriku.
Di ruang bersalin, suster menyiapkan segala kebutuhan DRIP total yg nantinya akan di suntikkan lewat cairan infus.
Disela-sela mempersiapkan segala sesuatunya, suster memecahkan keheningan dengan berbicara.
"Sayang banget Bu Arik harus di DRIP, padahal bayinya cuma 2,8kg harusnya bisa dengan kelahiran normal.
Kalo di DRIP sakitnya 10 kali lipat dari kelahiran normal, tapi justru sakitnya itu yg dicari, jadi supaya bisa mendorong bayi untuk lahir".
Dalam hatiku berkata,"10 kali lipat sakitnya?, Masya Allah..
inikah penderitaan seorang ibu untuk melahirkan anaknya".
Infus sudah dipasang, dan tinggal menunggu cairan DRIP bekerja untuk merangsang bukaan sehingga kelahiran bisa terjadi.
Lama sudah cairan infus mengalir dalam darah istriku, hingga pukul 13.00 WIB istriku mulai merasa sakit yg ditimbulkan oleh DRIP tersebut.
"Sudah mulai terasa sakitnya".
"Iya biarin aja, kalo sudah sakit sekali nanti aku panggil susternya".
Terlihat pukul 14.00 WIB di handphoneku, dengan cairan infus yg tinggal setengah lagi.
"Aduh...ga kuat aku...sakit..., panggilkan susternya cepat".
"ya...ya...sebentar".
Ketika suster telah datang, segera memeriksa dan didapatkan bukaan telah bertambah menjadi 4.
"Bentar lagi Bu Arik, tarik napas dalam-dalam kalo terasa sakit", pinta suster.
"Udah ga tahan sus...sekarang aja".
"Ga bisa Bu Arik, tunggu dulu jangan mengejan...nanti kepala bayinya bisa lonjong, tunggu bukaannya sampai 10"
Hanya selang beberapa menit, bukaan menjadi 6 terus 8 dan siap untuk melahirkan.
"Tarik napas...ya bagus...pantatnya jangan di angkat, kalo terasa sakit baru mengejan ya...kakinya di lebarin bentuk huruf V".
"Hek...Akh...akh..."
"Ya terus Bu Arik dorong lebih kuat lagi".
"Oek..oek..oek", suara bayi itu pecah juga di ruang bersalin.
"Bu, anakku bu...".
"Selamat Bu Arik anaknya laki-laki".
Dengan segera bayi di berikan selang untuk menyedot air ketuban yg masuk ke rongga mulut.
"Alhamdullilah...ya Allah terima kasih atas anugerah yang Kau berikan ini".
Tepat pukul 14.30 WIB Ardistra lahir, buah hati kecil kita.
Hingga saat cerita ini dimuat, Ardistra sedang tidur dengan nyenyaknya.
Aku bisa bilang
"AKU BUKAN LAKI-LAKI, MELAINKAN SEORANG PRIA SEJATI DENGAN STATUS BARUKU SEBAGAI AYAH DARI ANAKKU"
3 comments:
top bgt...mudah mudahan adistra menjadi anak yang saleh,patuh pada orang tua,berguna bagi nusa dan bangsa,amiiin
selamat bro...jadi ayah juga akhirnya
@ sister aisyah : ralat dikit, Ardistra bukan Adistra....btw thanks
@ brother abie : itu yg di harapkan brother...Thanks
Posting Komentar
Jadilah Yang Pertama Untuk Komentar
Karena Pertama Selalu Yang Terbaik
Jadilah Yang Pertama dan Yang Terbaik
Karena Anda Adalah Komentar Pertama dan Komentar Terbaik