Jumat, 01 Maret 2013
Aku masih ingat tentang perahu kecil itu
Tentang laut biru yang aku tak mau pergi darinya
Tentang gelap saat Perjalanan tanpa Cahaya
terlena oleh indahnya alunan ombak di laut biru
Perahu kecil itu hanya terombang ambing
tanpa arah menjadi mainan gelombang yang kejam
tak tahu arah mau kemana
tak ada tepi yang mampu dijangkau
Hanya cahaya bintang kecil yang enggan berkelip
dijadikan kompas untuk sebuah asa...
Aku masih mengingatnya...
Saat perahu itu terpecah
dihempaskan oleh badai yang murka
berkeping terserak diantara hamparan karang...
Aku yang tenggelam dalam duka
Membawa luka yang dibalut asinnya air lautan
Tertatih mengumpulkan serakan perahu kecil itu
Dalam kebimbangan yang terombang-ambing samudera yang asing...
Ah...
Aku Tahu...
Murka sang badai adalah sebuah peringatan
agar aku tidak terlena oleh ayunan perahu kecil itu
Membuatnya terserak, agar aku terbangun
Bangkit dan membuat perahu yang lebih besar...
Agar saat Tsunami menghantam bahtera Perjalanan ini
Aku tetap berada dalam harmoni
Tak lagi berharap pada asa yang absurd
Agar Bintang yang enggan berkelip itu
Selalu terang menuntunku menuju tepian yang abadi
Bersama Cahaya Bulan yang menembus pekatnya samudera yang ganas...
=====================================================
Aviraa Amanadia
2 comments:
apalagi kalo perahu kertas..pasti akan hancur berkeping2 diterjang ombak :)
dalem banget puisinya neng.....
Posting Komentar
Jadilah Yang Pertama Untuk Komentar
Karena Pertama Selalu Yang Terbaik
Jadilah Yang Pertama dan Yang Terbaik
Karena Anda Adalah Komentar Pertama dan Komentar Terbaik